OPINI  

Kemiskinan membuat Stunting makin genting

Oleh: Saripah

Seperti bibir pantai yang terus menerus terkikis ombak, kehidupan manusia pun tidak henti diserang oleh berbagai masalah baik dari segi moral, kesehatan, pendidikan dan masalah lainnya.
Seperti permasalahan stunting pada anak yang dialami oleh anak berumur 5 tahun kebawah kekurangan energi kronis. Ini menjadi salah satu program yang masih diprioritaskan oleh pemerintah untuk dilakukan penurunan. Terlebih lagi adanya isu kemiskinan ekstrim yang dianggap berkaitan erat dengan stunting.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, mengungkapkan, “Permasalahan kemiskinan ekstrem dan stunting saling beririsan. Di mana, irisan tersebut mencapai angka 60 persen. Karena itu, menurut dia, untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ekstrem dan stunting harus dilakukan dengan mengeroyoknya secara bersamaan. Iya juga menambahkan, pemerintah melakukan upaya serius dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem melalui melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif.”

Intervensi spesifik berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan. Sementara intervensi gizi sensitif adalah intervensi pendukung untuk mempercepat penurunan stunting, seperti penyediaan air bersih, MCK, dan fasilitas sanitasi.
“Terutama untuk intervensi sensitif melibatkan Kementerian PUPR dan kementerian lain. Sedangkan untuk intervensi spesifik dari Kementerian Kesehatan. Itu harus kita koordinasikan,” jelas dia.

Baca Juga  Gurita Kemiskinan Ditengah Sumber Daya Alam Melimpah

Mampukah sistem kapitalis menyelesaikannya?

Presiden Jokowi telah menargetkan masalah kemiskinan ekstrem nasional di tahun 2024 menjadi 0 persen, dan masalah stunting turun menjadi 14 persen. Stunting dan kemiskinan ekstrim akan sangat sulit untuk diatasi dalam sistem pemerintahan sekarang, karena melihat fakta yang ada di masyarakat.

Ada istilah yang mengatakan “orang kaya semakin kaya, orang miskin semakin miskin” inilah gambaran masyarakat yang ada di dalam naungan sistem kapitalis, sistem yang berasal dari pemikiran manusia yang serba terbatas dan dipenuhi dengan hawa nafsu, orang kaya semakin berjaya sebab dalam sistem kapitalis sekuler orang yang berduit bebas miliki aset, tidak heran jika banyak masyarakat yang terlilit dengan permasalahan ekonomi, karena perekonomian hanya berputar pada orang-orang kaya saja.

Sangat berbanding terbalik dengan sistem Islam, sistem pemerintahan Islam berasal dari Sang Pencipta yang mengetahui segala kelemahan akal manusia, sistem ini akan menuntaskan segala problematika umat. Hal tersebut terlihat pada aturannya yg begitu sempurna seperti tidur dan bangun tidur semuanya diatur, terlebih dengan seputar stunting, dan permasalahan ekonomi yang berkaitan dengan harkat hidup orang banyak. Sistem Islam juga memiliki 3 kepemilikan, perorangan (individu), masyarakat (umum), dan negara (kepemilikan negara diwakilkan kepada Khalifah)

Baca Juga  Marak Penelantaran Anak Hasil Zina, Butuh Solusi Yang Mengakar

Kepemilikan perorangan (individu) adalah kepemilikan yang boleh dimiliki oleh masing-masing individu seperti harta warisan, harta hasil keringat sendiri dan sebagainya. Kepemilikan Masyarakat (umum) artinya haram dimiliki oleh individu (perorangan) karena itu adalah milik masyarakat seperti air, rumput, hasil tambang, dan lainnya adalah milik bersama semua masyarakat,

“Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api” (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Hadits ini menegaskan bahwa segala kepemilikan masyarakat haram dimiliki oleh seorang saja. Sedangkan kepemilikan ketiga adalah kepemilikan negara yang dikelola oleh seorang Khalifah yang diamanahi tanggung jawab, seperti jizyah, ghanimah dan sebagainya.

Baca Juga  Ironis, Kemiskinan Daerah Terjadi di Tengah Kayanya Indonesia

Inilah kekeliruan dalam sistem kapitalis tidak ada pembatasan mengenai 3 kepemilikan diatas, buktinya banyak swasta yang mengelola tambang seperti emas, batubara dan minyak bumi yang nyata-nyata haram dimiliki oleh perorangan. Lagi-lagi dalam sistem kufur, mereka tidak akan pernah paham dan mau mengambil pemahaman yang berasal dari Islam. Karena pada dasarnya mereka ingin diatur berdasarkan pemikiran mereka sendiri atau berasal dari pemikiran manusia.

Jadi masalah stunting dan kemiskinan ekstrim tidak akan pernah bisa terselesaikan dalam naungan sistem kapitalis karena ketika mereka membuat aturan dan kebijakan, mustahil jika tidak dibarengi dengan kepentingan-kepentingan mereka. Sedangkan jika ingin membantu dan menyelamatkan umat dari permasalahan haruslah berangkat dari hati yang ikhlas karena Allah, bukan karena ada maksud dan tujuan lain.

Oleh karena itu, umat membutuhkan sistem ekonomi alternatif yang mampu menyelesaikan problem kronis ini sampai ke akar-akarnya. Tentu dengan mewujudkan penerapan sistem Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah. Maka saat itulah problem kemiskinan dan stunting akan selesai. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *