sorotcelebes.com | JAKARTA — Menteri Agama Republik Indonesia, Nazaruddin Umar, kembali melantik Wasilah Sahabuddin sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene untuk periode 2025-2029.
Pelantikan tersebut berlangsung di Kantor Kementerian Agama, Jalan Lapangan Benteng Barat, Jakarta. Selasa (4/2/2025).
“Alhamdulillah, saya kembali diberikan amanah untuk menakhodai STAIN Majene. Ini merupakan tanggung jawab kedua saya dalam memimpin kampus ini,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Wasilah juga mengungkapkan harapannya agar di periode kedua ini, STAIN Majene dapat segera beralih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).
“Dengan semangat dan dukungan dari seluruh civitas akademika STAIN Majene serta peran Kementerian Agama, kami optimistis dapat mewujudkan STAIN Majene menjadi lembaga pendidikan yang semakin unggul dan berkembang,” tambahnya.
Sebelumnya, Dilansir dari laman kemenag.go.id, Menteri Agama Nasaruddin Umar melantik Jafar Ahmad sebagai rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci dan Wasilah sebagai Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene.
Selain melantik Rektor IAIN Kerinci dan Ketua STAIN Majene, Menag mengukuhkan;
- Rohmat Mulyana Sapdi sebagai Kepala Pusat Strategi Kebijakan Pendidikan Agama dan Keagamaan, Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Agama.
- Mastuki sebagai Kepala Pengembangan Kompetensi SDM Pendidikan dan Keagamaan, Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Agama, dan
- Syafi’i sebagai Kepala Pengembangan Kompetensi, Manajemen Kepemimpinan dan Moderasi Beragama, Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Agama
Menag dalam amanatnya menegaskan pentingnya tanggung jawab untuk menjadi seorang pemimpin. Menurutnya, dalam era post truth seperti ini, sangatlah tidak mudah karena kebenaran itu tidak cukup hanya berdasar kepada teks, tapi harus juga terkonfirmasi terhadap konteks di mana kita berada.
“Seringkali kita dianggap gagal sekalipun benar di atas landasan teks yang benar hanya karena kita tidak membaca konteks di mana kita berada atau sebaliknya,” ujar Menag.
“Yang paling indah adalah ketika kita mampu mengawinkan konteks dan teks di dalam mengambil sebuah kebijakan, maka akan diterima semua pihak dan inilah tantangan untuk kita semuanya,” sambungnya.
Saat ini, kata Menag, bukan lagi zamannya mengukuhkan superman, tapi sekarang eranya adalah sudah harus hijrah dari superman atau super woman kepada super team.