sorotcelebes.com | MAJENE — Salah satu kuliner yang digemari wisatawan dari luar maupun dari dalam daerah Kabupaten Majene adalah kuliner ikan terbang. Kuliner ini sangat digemari para wisatawan lantaran masakan khasnya selalu menggugah selera makan setiap melintas dijalan tersebut yakni Ikan Terbang diasapi atau lebih akrab disebut warga setempat Tui-Tuing Tapa.
Kuliner yang berada di Somba Kelurahan Mosso Kecamatan Sendana Kabupaten Majene Sulawesi Barat (Sulbar) itu memiliki wilayah strategis karena terletak di jalan trans sulawesi yang menghubungkan antara Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dengan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
Hanya saja, proses produksi Tui-tuing Tapa ini terbilang lambat karena masih menggunakan alat tradisional mengakibatkan pelanggan terkadang menunggu lama sehingga rasa jenuh menghampiri mereka.
Kehadiran Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) membawa warnah baru bagi masyarakat nelayan dan para penggiat Kuliner Ikan Terbang karena menciptakan teknologi tepat guna. Sabtu (26/08/2023).
Dalam Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) yang dilakukan Dosen Perikanan Unsulbar dan Universitas Hasanuddin (Unhas) itu, alat pengasapan ikan terbang diperkenalkan. Inovasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan produksi ikan terbang asap warga sekitar.
Ketua Tim PDB, Muhammad Nur mengatakan, alat pengasapan tepat guna ini punya sejumlah keunggulan dibanding menggunakan tungku tradisional yang digunakan sebelumnya. Alat ini menggunakan bahan bakar dari kayu yang jauh lebih sedikit dan waktu pengasapan yang lebih singkat.
“Ikan yang diasapi lebih banyak, hasil yang dihasilkan produk ikan terbang asap lebih higienis, memiliki penampakan yang lebih menarik. Ikan terbang asap lebih cepat matang, kemudian hasilnya lebih bagus dibanding dengan sebelum menggunakan alat ini,” kata Muhammad Nur.
Tujuan utama inovasi ini, kata Nur, untuk meningkatkan produktivitas warga yang sehari-harinya menggantung nasib dengan produksi ikan terbang asap.
“Dengan adanya inovasi ini diharapakan dapat meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat,” lanjutnya.
Dalam PDB ini, ada 2 inovasi yang diperkenalkan, yaitu alat pengasapan dengan produksi besar dan alat pengasapan ukuran lebih kecil. Alat dengan ukuran lebih kecil ini diperuntukkan bagi warung ikan terbang asap di Labuang, Kelurahan Mosso.
Sementara itu, seorang warga, Zainuddin mengatakan, sebelum menggunakan alat ini, butuh waktu 2 jam dalam mengasap 100 ikan terbang. Dengan alat ini, waktu pengasapan hanya 1 jam lebih dengan membutuhkan bahan bakar kayu yang jauh lebih sedikit.
“Lebih baik, kayu sedikit saja kita pakai, dan juga lebih cepat masak dari pada yang dulu. Itu keunggulan yang bisa kita rasakan. Asapnya beda juga, soalnya alat kita pakai dulu itu tidak sama, asapnya kemana-mana. Kalau ini tidak, ada cerobong asapnya. Jadi tidak mengganggu tetangga,” kata Zainuddin.