sorotcelebes.com | MAJENE — Kerajinan tenun menjadi salah satu kekayaan budaya, berupa kerajinan tangan, yang dimiliki Indonesia termasuk di Pulau Sulawesi.
Tenun adalah hasil kerajinan berupa bahan kain yang dibuat dari benang, serat kayu, sutra, dan lain-lain.
Pembuatannya menggunakan seperangkat alat tenun tangan atau lungsin. Merupakan jajaran benang yang terpasang membujur.
Sekarang, penggunaan alat tenun sudah dikembangkan menjadi lebih canggih, seperti ATBM (alat tenun bukan mesin) yang dibuat dari kayu yang menghasilkan tenunan lebih cepat.
Meski demikian, budaya tenun ini dipandang perlu dilakukan pemajuan agar tidak statik ditengah teknologi yang semakin canggi.
Oleh karena itu, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 18 yang meliputi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat kembali menggelar Celebes Heritage Festival (CHF) 2024 di Kabupaten Majene dengan mengangkat Tema “Wastra Nusantara Tenun Sulawesi Mendunia”.
Kegiatan ini sinergitas antara BPK Wilayah 18 Sulteng-Sulbar bekerjasama dengan Pemprov Sulbar, Pemda Majene, BPK Wilayah 17 Sulawesi Utara-Gorontalo, BPK Wilayah 19 Sulsel-Sulteng.
Dalam kegiatan CHF 2024 ini, ada 5 sub agenda yang akan digelar, diantarannya : workshop tenun, seminar nasional tentang tenun, pameran tenun, Harmoni celebes tiap malam dan fishion show.
Hal ini dilakukan untuk membuka wawasan dalam pengembangan tenun itu sendiri.
“Ini adalah bagian dari penjabaran undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan. Bahwa budaya itu tidak statik, tidak berhenti karena waktu tapi dia harus berubah terus, berinovasi, antara tradisi dan inovasi itu dikawinkan untuk bisa berkelanjutan,” kata Andi Samsul Rijal, Kepala BPK Wilayah 18 Sulteng-Sulbar. Sabtu (30/11/2024).
Menurutnya, pengetahuan tentang menenun yang dimiliki orang tua dulu harus diwariskan ke generasi muda supaya tetap hidup.
Selain itu, lanjut Andi Samsul Rijal, kegiatan CHF ini juga menghidupkan UMKM didaerah sehingga perputaran ekonomi bisa lebih baik.
Ia juga berharap agar pemerintah daerah mengembangkan kegiatan seperti ini demi kemajuan budaya dan menghidupkan UMKM.
“Tapi yang kita lakukan sebenarnya hanya pemantik, setelah ini kan kita kembali lagi, kita kantornya di Palu. Jadi di kembangkan oleh pemerintah daerah, harusnya seperti itu,” harap Andi Samsul Rijal.
Pemerintah Kabupaten Majene melalui Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata (Disbudpar), Ahmad Djamaan menyambut baik kegiatan tersebut demi pemajuan kebudayaan.
“Tentu kita sangat menyambut dan mengapresiasi CHF ini karena tentu kita lihat bersama, ini menghidupkan kebudayaan kita dimajene khususnya, menghidupkan UKM, para pengrajin dan para penggiat seni,” ujarnya.
Kehadiran CHF dibumi Assamalewuang akan meningkatkan apresiasi seni budaya khususnya di Kabupaten Majene dan juga seluruh Sulbar pada umumnya.
Kadisbudpar juga berkomitmen akan membawa Majene menjadi garda terdepan dalam pemajuan budaya di Sulawesi Barat.
“Dan juga kita berharap bahwa majene tampil menjadi pionir dalam pemajuan kebudayaan di Sulawesi Barat,” ucapnya.
Kegiatan ini akan berlangsung selama 4 hari, mulai tanggal 30 November sampai 3 Desembar 2024. dan sedikitnya 200 pelaku seni akan tampil di acara CHF. Pelaku seni akan menampilkan tarian dan nyanyian serta akan diisi praktek menenun.