Oleh : Akun FB Ayesha Heejab Sashee
sorotcelebes.com | MAJENE — Beberapa waktu lalu, Majene dibuat geger dengan aksi segelintir oknum dari organisasi Mahasiswa Islam yang “menyerbu” kampus, merusak, melakukan aksi protes pada kebijakan kampus yang kabarnya salah satu mahasiswi dan juga kader organisasi hijau hitam di kampus tersebut mendapat hukuman berujung skorsing.
Tak ayal lagi, aksi mereka yang viral di sosial media ini malah jadi bahan cibiran dan sumpah serapah dari pengguna yang tidak setuju dengan aksi pengrusakan dan protes yang dibarengi dengan sikap anarkis. Hingga kata-kata “jelle’ ko” (kamu jelek) menjadi bahasan setiap saat di linimasa kala itu.
Kemarin tanggal 28 April 2025, di tengah kunjungan Bapak Menteri Mendiktisaintek di kampus Unsulbar, saat sesi dialog akademik berakhir, seorang pemuda mengangkat tangan mengisyaratkan ingin meminta waktu sebentar dengan Pak Menteri yang terlihat sudah bersiap meninggalkan podium.
Panitia memberi kesempatan kepada pemuda yang duduk di Kursi barisan Kanan tersebut yang ternyata melangkah maju mendekati podium. Saya yang duduk di barisan kiri menyangka bakal ada orasi, atau aksi protes akan kebijakan. Sebab sebelumnya Ada beberapa mahasiswa yang ngotot dengan keras meminta waktu berbicara dengan Pak Menteri.
Pemuda dengan pakaian kebesarannya, peci hijau hitam dan identitas hijau hitam yang menggantung di lehernya melangkah dengan sopan. Dan dengan isyarat tangannya meminta izin ke panitia untuk naik ke atas podium seraya badannya sedikit membungkuk menunjukkan kesopanan.
Saya terkesima. Apa gerangan yang Akan dilakukan pemuda ini?.
Pemuda itu mengeluarkan sebuah buku Dan menyerahkan kepada Pak Menteri. Buku itu karya mereka kader HMI. Isinya tentang potensi lokal yang Ada di Majene. Si pemuda ini berharap Pak Menteri membaca buku ini sehingga bisa Lahir kebijakan-kebijakan mengenai potensi lokal yang Ada disini.
Beliau, Pak Menteri menerima dengan senang hati buku itu dan saat itu juga membuka plastik buku yang masih baru, membaca judul dan membuka sekilas isinya. Beliau mengucapkan terima kasih.
Saya kagum akan keindahan berbahasanya. Body language nya keren. Tidak ada penekanan dan jumawa disetiap kalimatnya khas kader organisasi yang baru bergabung. Kalau kata anak gaul sekarang “soft spoken” sekali. Yup, ia sangat soft spoken.
pemuda yang berulah ini yang belakangan baru saya tahu bahwa ia bernama Hendra, Ketua HMI; menjadi titik balik dan pembuktian bahwa organisasi hijau hitam ini yaa seperti ini. Mereka berprestasi, mereka baik, dan mereka bisa berdialog dengan baik pula. Ulah segelintir oknumlah yang menjadikan HMI sempat dihujat.
Saya mengenal organisasi ini sejak duduk dibangku kuliah Di Unhas. Senior maupun teman-teman saya yang saya kenal mereka jago diplomasinya. Pintar dan cerdas Dalam bertutur kata. mereka semua rajin membaca buku. Setidaknya ini gambaran positif tentang organisasi ini.
Yang merusak namanya hanyalah oknum kader yang tidak menanamkan nilai-nilai dasar perjuangan organisasi, yang memudar semangat keislamannnya sebab terjebak pada pragmatisme sempit yang terkungkung pada romantisisme kebesaran organisasi ini sejak dulu Kala.
HMI adalah isinya orang-orang hebat. Yang saya kenal Pak Mahfud MD dan juga Pak Anies Baswedan. Tentu Masih banyak lagi orang-orang hebat yang lahir dari organisasi tertua ini.
Karena nila setitik, rusak Susu sebelanga.
Karena satu perbuatan buruk, hingga merusak seluruh nama baik dan prestasi yang pernah ditorehkan.
Semoga setelah ini, HMI tetap menjaga nilai-nilai perjuangannya sejak awal. Ini adalah bukti baik, bahwa kita bisa bangkit setelah terjatuh.